Bismillahirrohmaanirrohiim
Ketahuilah wahai saudaraku, dalam Al-Qur'an Alloh berfirman, lebih kurang maksudnya,
Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. " (Al Zalzalah:6-7)
Tercantum juga dalam Al-Qur'an firman yang berbunyi sebagai berikut :
" maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya. " (At Takwir:14).
Khalifah Umar ada berkata, "
Alloh SWT berfirman :
" Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biar pun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan. ".
Wali-wali Alloh sentiasa mengetahui bahwa manusia datang ke dunia ini untuk menjalankan pengembaraan keruhanian, yang akibatnya ialah untung atau rugi dan tujuannya adalah neraka atau syurga. Senantiasalah mereka itu berwaspada terhadap kehendak-kehendak jasamaniah (tubuh) yang diibaratkan sebagai rekan dalam bisnis yang bersifat jahat dan ada kalanya mendatangkan kerugian kepada bisnis itu. Sebenarnya orang yang bijak itu adalah orang yang mau merenung sebentar selepas sembahyang subuh memikirkan hal dirinya dan berkata kepada jiwanya :
"Wahai jiwaku, engkau hanya hidup sekali. Tiap-tiap saat yang berlalu tidak akan datang lagi dan tidak akan dapat diambil kembali kerena di Hadirat Alloh Subhanahuwa Taala, bilangan nafas turun naik yang dikurniakan kepada engkau itu telah ditetapkan dan tidak boleh ditambah lagi. Inilah perjalanan hidup dalam dunia hanya sekali, tidak ada kali yang kedua dan seterusnya. Oleh itu, apa yang engkau hendak perbuat, buatlah sekarang. Anggaplah seolah-olah hidupmu telah berakhir, dan hari ini adalah hari tambahan yang diberi kepada engkau karena karunia Alloh Subhanahuwa Taala juga. Alangkah ruginya membiarkan hari ini berlalu dengan sia-sia. Tidak ada yang lebih rugi dari itu lagi."
Di hari berbangkit di akhirat kelak, seseorang itu akan melihat semua waktu hidupnya di dunia ini tersusun seperti susunan peti harta dalam satu barisan yang panjang.
Pintu sebuah daripada peti itu terbuka dan kelihatanlah penuh dengan cahaya: Ini menunjukkan waktu yang dipenuhinya dengan membuat amalan yang sholeh. Hatinya akan terasa indah dan bahagia sekali, bahkan sedikit saja rasa bahagia itu pun sudah cukup membuat penghuni neraka melupakan api neraka yang bernyala itu.
Kemudian peti yang kedua terbuka, maka terlihatlah gelap gelita di dalamnya. Dari situ keluarlah bau busuk yang amat sangat hingga orang terpaksa menutup hidungnya: Ini menunjukkan waktu yang dipenuhinya dengan amal maksiat dan dosa. Maka akan dirasainya azab yang tidak terhingga bahkan sedikit saja pun dari azab itu sudah cukup menggusarkan ahli syurga.
Selepas itu terbuka pintu peti yang ketiga, dan kelihatanlah kosong saja, tidak ada gelap dan tidak ada cahaya di dalamnya: Inilah melambangkan waktu yang dihabiskannya dengan tidak membuat amalan sholeh dan tidak juga membuat amalan maksiat dan dosa. Ia akan merasa sesal dan tidak tentu arah seperti orang yang ada mempunyai harta yang banyak membiarkan hartanya terbuang dan lepas begitu saja dengan sia-sia.
Demikianlah seluruh waktu yang dijalannya itu akan dipamerkan kepadanya satu persatu. Oleh karena itu, seseorang itu hendaklah berkata kepada jiwanya tiap-tiap pagi :
"Alloh telah mengkaruniakan engkau dua puluh empat jam peti harta. Berhati-hatilah mengawasinya supaya jangan kehilangan, karena engkau tidak akan boleh menanggung rasa sesal yang amat sangat jika engkau kehilangan harta itu".
Aulia Alloh ada berkata,
"Walaupun sekiranya Alloh mengampuni kamu, setelah hidup disia-siakan, kamu tidak akan mencapai derajat orang-orang yang Sholeh dan pasti kamu akan meratapi dan manangisi kerugianmu itu. Oleh itu jagalah lidahmu, matamu dan tiap-tiap anggota mu yang tujuh itu kerena semua itu mungkin menjadi pintu untuk menuju ke Neraka".
karena meskipun tubuh itu kotor, ia boleh menerima arahan dan boleh dijinakkan dengan zuhud". Demikianlah tujuan memeriksa atau memperhitung diri sendiri. Katakanlah kepada tubuhmu;
Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda :
"Berbahagialah orang yang beramal sekarang apa yang menguntungkannya di akhirat kelak".
Maka sekarang kita masuk pula kepada bagian yang berhubungan dengan Zikirulloh (mengenang atau mengingat Alloh). Manusia itu hendaklah ingat bahwa Alloh Melihat dan Memperhatikan semua tingkah laku dan pikirannya. Manusia hanya melihat yang zhohir saja, tetapi Alloh Melihat zhohir dan batinnya manusia itu. Orang yang percaya dengan ini sebenarnya dapatlah ia menguasai dan mendisiplinkan zhohir dan bathinnya.
Jika ia tidak percaya ini, maka KAFIRLAH ia. Jika ia percaya tetapi ia bertindak berlawanan dengan kepercayaan itu, maka salah besarlah ia.
Suatu hari, seorang Negro menemui Nabi SAW. dan berkata; "Wahai Rasulullah! Saya telah melakukan banyak dosa.
Adakah taubatku diterima atau tidak?". Nabi SAW. menjawab; "Ya". Kemudian Negro itu berkata lagi, "Wahai Rasulullah! Setiap kali aku membuat dosa adakah Alloh Melihatnya?". Nabi SAW. menjawab lagi; "Ya"
Negro itu pun menjerit lalu mati. Sehingga seseorang itu benar-benar percaya bahwa ia sentiasa dalam perhatian Alloh, maka tidaklah mungkin baginya membuat amalan yang baik-baik.
Seorang Sheikh ada seorang murid yang lebih disayanginya daripada murid-murid yang lain. Dengan itu murid-murid yang lain itu pun berasa dengki kepada murid yang seorang itu. Suatu hari Sheikh itu memberi kepada tiap-tiap murid itu seekor ayam dan menyuruh mereka menyembelih ayam itu di tempat yang tidak ada seseorang pun melihat ia menyembelih itu. Maka pergilah mereka tiap-tiap murid membawa seekor ayam ke tempat yang sunyi dan menyembelih ayam di situ. Kemudian membawanya kembali kepada Sheikh mereka. Semuanya membawa ayam yang telah disembelih kepada Sheikh mereka kecuali seorang yaitu murid yang lebih disayangi oleh Sheikh itu. Murid yang seorang ini tidak menyembelih ayam itu.
Ia berkata;
Sheikh itu pun berkata kepada murid-murid yang lain: "Sekarang sekelian telah lihat sendiri derajat pemuda ini. Dia telah mencapai ke
Apabila Zulaiha coba menggoda Nabi Yusuf , ia menutup dengan kain muka sebuah berhala yang selalu disimpannya.
Nabi Yusuf berkata kepadanya :
"Wahai Zulaiha, adakah kamu malu dengan batu? sedangkan dengan batu engkau malu, betapa aku tidak malu dengan Alloh yang menjadikan tujuh petala langit dan bumi".
Ada seorang datang berjumpa dengan Sheikh dan berkata; "Saya tidak dapat menghindarkan mataku dari hal-hal yang membawa dosa. Bagaimanakah saya hendak mengawalnya?".
Sheikh menjawab;
Dalam hadis ada diterangkan bahwa Alloh ada berfirman seperti demikian;
"Syurga itu adalah bagi mereka yang bersabar hendak membuat suatu dosa, dan kemudian mereka ingat bahwa Aku sentiasa Memandang mereka, lalu mereka pun menahan diri mereka".
Abdullah Ibnu Dinar meriwayatkan;
"Satu ketika saya berjalan dengan Khalifah Omar menghampiri kota Mekah. Kami bertemu dengan seorang gembala yang sedang membawa gembalaannya.
Kemudian untuk mencobanya, Gembala itu menjawab; Omar berkata kepada gembala itu :
. Budak gembala itu menjawab; Omar berkata;
Mendengar jawapan budak gembala itu, bertetesanlah air mata Omar. Beliau pun pergi berjumpa dengan tuan budak gembala kambing itu lalu membelinya dan membebaskannya. Beliau berkata kepada budak itu :
Ada dua derajat berkenaan Zikir Alloh (mengenang Alloh) ini. Derajat pertama ialah derajat Aulia Alloh. Mereka bertafakur dan tenggelam dalam tafakur mereka dalam mengenang Keagungan dan Kemuliaan Alloh. dan tidak ada tempat langsung dalam hati mereka untuk 'gairuLlah" (selain dari Alloh). Ini adalah derajat zikir Alloh yang bawah, karena apabila hati seseorang itu telah tetap dan anggotanya dikontrol penuh oleh hatinya hingga mereka dapat mengawal mereka dari hal-hal yang halal pun, maka tidak perlulah lagi ia menyediakan alat atau penahan untuk menghalangi dosa.
Maka kepada zikir Alloh seperti inilah Nabi Muhammad (S.W.T) maksudkan apabila ia berkata,
"Orang yang bangun pagi-pagi dengan hanya Alloh dalam hatinya, Alloh akan memeliharanya didunia dan diakhirat."
Setengah daripada mereka golongan ini sangat asyik dan tenggelam dalam mengenang dalam mengingati Alloh hingga kalau ada orang berbicara kepada mereka tidaklah mereka dengar, kalau orang berjalan dihadapan mereka tidaklah mereka nampak. Mereka seolah-olah diam seperti dinding. Seseorang Wali Alloh berkata : "Suatu hari saya melintasi tempat ahli-ahli pemanah sedang bertanding memanah. Tidak berapa jauh dari situ ada seorang duduk seorang diri. Saya pergi kepadanya dan coba hendak berbicara dengannya.
Tetapi ia menjawab,
Saya bertanya,
"Alloh dan dua orang malaikat ada bersamaku" "Tidak"
Saya bertanya kepada beliau sambil menunjukkan kepada pemanah-pemanah itu,
Beliau menjawab,
Kemudian saya bertanya,
Mendengar itu, ia merenung ke langit lalu berdiri dan pergi sambil berkata,
Seorang wali Alloh bernama Syubli satu hari pergi berjumpa seorang sufi bernama Thauri. Beliau lihat Thauri duduk dengan berdiam diri dalam tafakkur hingga sehelai bulu romanya pun tidak bergerak.
Syubili bertanya kepada Thauri, "Dari seekor kucing yang saya lihat menunggu di depan lubang tikus. Kucing itu akan lebih diam dari apa yang saya lakukan ini." "Kepada siapa anda belajar latihan bertafakkur dengan diam diri seperti itu?"
Ibn Hanif meriwayatkan:
"Saya diberitahu bahwa di Bandar Thur ada seorang Syeikh dan muridnya sentiasa duduk dan tenggelam dalam zikir Alloh. Saya pergi ke situ dan saya dapati kedua orang itu duduk dengan muka mereka menghadap ke kiblat. Saya memberi salam kepada mereka tiga kali. Tetapi mereka tidak menjawab. Saya berkata, "Dengan nama Alloh saya minta tuan-tuan menjawab salamku". Pemuda itu mengangkat kepalanya dan menjawab,
"Wahai Ibn Hanif! dunia ini untuk sebentar waktu saja, dan yang sebentar itupun tinggal sedikit saja. Anda mengganggu kami karena meminta kami menjawab salammu itu".
Kemudian dia menundukkan kepalanya lagi dan terus berdiam diri. Saya rasa lapar dan dahaga pada masa itu, tetapi dengan memandang mereka itu saya lupa pada diri saya. Saya terus bersama mereka dan sembahyang Dhuhur dan Ashar bersama mereka. Saya minta mereka memberi nasihat kepada saya berkenaan kerohanian ini.
Saya terus berdiri di sepertiga malam. Kami tidak berbicara antara satu sama lain, dan tidak tidur. Kemudian saya berkata kepada diri saya sendiri, saya akan mohon kepada Alloh supaya mereka menasihati saya." Pemuda itu mengangkat kepalanya dan berkata, Pemuda itu menjawab, "
"Pergilah cari orang seperti itu, ia akan dapat membawa Alloh kepada ingatan anda dan melengkapkan rasa takut kepada hatimu, dan ia akan memberi anda nasihat yang disampaikan secara diam tanpa berbicara sembarangan."
yaitu yang disebut dalam Quran sebagai Ashabul Yamin. Mereka ini tahu dan kenal bahwa Alloh sangat mengetahui terhadap mereka dan mereka merasa tunduk dan tawaduk di Hadirat Alloh SWT tetapi tidaklah sampai mereka melenyapkan dan menenggelamkan pikiran dan khayalan mereka dalam mengenang Alloh saja sehingga tidak peduli keadaan keliling mereka. Mereka sadar diri mereka dan sadar terhadap alam ini. Keadaan mereka adalah seperti seorang yang terkejut karena didapati dalam keadaan telanjang dan cepat-cepat menutup aurat mereka. Demikianlah dzikir Alloh para Aulia yaitu melenyapkan dan menenggelamkan pikiran dan khayalan dalam Mengenang Alloh.
Golongan yang satu lagi adalah seperti orang yang tiba-tiba mendapati diri mereka di majlis raja yang besar lalu ia merasa tidak tentu arah dan merasa takjub.
Golongan yang mula-mula itu memeriksa terlebih dahulu apa yang memasuki hati mereka dengan rapi sekali, karena di hari kiamat kelak tiga persoalan akan ditanya terhadap tiap-tiap perbuatan. Dan tindakan yang telah dilakukan.
Pertama: "Kenapa kamu membuat ini?"
Kedua: "Dengan cara apa kamu membuat ini?", dan
Ketiga: "Untuk tujuan apa kamu melakukan ini?".
Yang pertama itu dipermasalahkan karena seseorang itu hendaklah bertindak dari niat dan dorongan Ketuhanan dan bukan dorongan Syaitan dan hawa nafsu.
Jika masalah itu dijawab dengan memuaskan hati, maka diadakan ujian kedua yaitu masalah bagaiman tindakan itu dilakukan dengan bijak, dengan cara baik, atau dengan cara tidak peduli atau tidak baik.
Yang ketiga, adanya perbuatan dan tindakan itu karena Alloh semataa atau bukan karena hendak disanjung oleh manusia.
Jika seseorang itu memahami makna dari masalah masalah ini, maka ia tentu berhati-hati sekali terhadap keadaan hatinya dan bagaimana ia melawan pikiran yang mungkin menimbulkan tindakannya. Sebenarnya memilih dan menapis pikiran dan khayalan itu sangatlah susah dan rumit.
Barangsiapa yang tidak sanggup membuatnya hendaklah pergi berguru dengan orang-orang keruhanian. Mengaji dan berguru dengan mereka itu dapat mendatangkan cahaya ke dalam hati. Dia hendaklah menjauhkan diri dari orang-orang alim kedunian kerena mereka ini adalah alat atau ujian syaitan.
Alloh berfirman kepada Nabi Daud a.s.;
" Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (Shaad:26)
Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda;
"Alloh kasih kepada orang yang tajam matanya terhadap hal-hal yang menimbulkan syak-wasangka dan tidak membiarkan akalnya diganggui oleh serangan hawa nafsu".
Akal dan pilihan sangat berkaitan, dan orang yang akalnya tidak menguasai hawa nafsu tidak akan dapat memilih yang baik dari yang jahat.
Disamping membuat pilihan dan berhati-hati sebelum bertindak, maka seseorang itu hendaklah menghitung dan menyadari apa yang telah dilakukannya dahulu. Tiap-tiap malam periksalah dengan hati dan lihatlah apa yang telah dilakukan dan sama adanya untung atau rugi dalam bisnis keruhaniaan ini. Ini adalah penting karena hati itu ibarat rekan dalam berbisnis yang jahat yang senantiasa hendak menipu dan menjilat. Kadang-kadang ia menunjukkan diri jahatnya itu. Sebaliknya topeng taat kepada Alloh, agar manusia menganggap ia telah beruntung tetapi sebenarnya ia telah rugi.
Seorang Wali Alloh bernama Amiya yang berumur 60 tahun telah menghitung berapa hari umurnya. Maka didapati umurnya ialah selama 21, 600 hari.
Beliau berkata kepada dirinya sendiri :
"Aduhai! jika saya telah melakukan satu dosa dalam sehari, bagaimana saya hendak lari dari beban 21, 600 dosa?".
Beliau menjerit dan terus rebah. Apabila orang datang hendak mengangkatkannya, mereka telah mendapati beliau telah meninggal dunia. Tetapi malang , kebanyakan orang telah lupa. Mereka tidak memperhitung diri mereka sendiri. Jika tiap-tiap satu dosa itu diibaratkan sebiji batu, maka penuhlah sebuah rumah dengan batu itu. Jika malaikat Kiraman Kaatibin meminta gaji karena menulis dosa yang telah manusia lakukan, maka tentulah habis uangnya bahkan tidak cukup untuk membayar gaji mereka itu. Orang berpuas hati membilang biji tasbih sambil berzikir nama Alloh, tetapi mereka tidak ada biji tasbih untuk mengira berapa banyak percakapan sia-sia yang telah diucapkannya. Oleh karena itulah, Khalifah Omar berkata :
"Timbanglah perkataan dan perbuatanmu sekarang sebelum ia dipertimbangkan di akhirat kelak".
Beliau sendiri sebelum pergi tidur malam hari memukul kakinya dengan cambuk sambil berkata :
Suatu hari Thalhah sedang sembahyang di bawah pohon-pohon kurma dan terlihat olehnya seekor burung yang jinak berterbangan di situ. Karena memandang burung itu beliau terlupa berapa kalikah beliau sujud. Untuk menghukum dirinya karena kelalaian itu, beliau pun memberi pohon-pohon khurma itu kepada orang lain.
Aulia Alloh mengetahui hawa nafsu mereka itu selalu membawa kepada kesesatan. Oleh itu mereka berhati-hati benar dan menghukum diri mereka setiap kali mereka telah melanggar batas.
Jika seseorang itu mendapati diri mereka telah terjauh dan menyeleweng dari sifat zuhud dan disiplin diri, maka sepatutnya beliau belajar dan meminta nasihat dari orang yang pakar dalam latihan keruhanian, supaya hati mereka lebih bersemangat kepada sifat zuhud, disiplin diri dan akhlak yang suci itu.
Seorang Wali Alloh pernah berkata,
"Apabila saya berasa merosot dalam disiplin diri, saya akan melihat Muhammad bin Abu Wasi, dan melihat beliau itu bersemagatlah hatiku sekurang-kurangnya seminggu".
Jika seseorang itu tidak mendapati seseorang yang zuhud di sekitarnya, maka indahlah mengkaji riwayat Aulia Alloh. indah juga ia menasihat jiwanya seperti demikian :
"Wahai jiwaku! engkau fikir dirimu cerdik pandai dan engkau marah jika disebut bodoh. Maka apakah engkau ini? Engkau sediakan kain baju untuk melindungi dingin tetapi tidak bersedia untuk kembali ke akhirat.
Keadaanmu adalah seperti orang dalam musim sejuk berkata :
"Aku tidak pakai pakaian panas, cukuplah aku bertawakkal kepada Alloh untuk melindungi aku dari dingin".
Dia telah lupa bahwa Alloh disamping menjadikan dingin itu ada juga memberi petunjuk kepada manusia bagaimana membuat pakaian untuk melindungi dari dari sejuk dan dingin, dan disediakan alat dan bahan-bahan untuk membuat pakaian itu. Ingatlah jiwa! hukuman kepadamu di akhirat kelak bukanlah karena Alloh murka karena tidak patuhmu, dan janganlah berkata :
"Bagaimana pula dosaku boleh menyakiti Alloh?
Adakah hawa nafsumu sendiri yang menyalakan api neraka di dalam dirimu sendiri, seperti orang yang memakan makanan yang membawa penyakit. adalah penyakit itu tejadi dalam tubuh manusia, dan bukan karena dokter marah kepadanya karena tidak mematuhi perintahnya.
"Tidak malukah kamu wahai jiwa! karena kamu sangat cenderung kepada dunia!!!. Jika kamu tidak percaya dengan Syurga dan Neraka, maka sekurang-kurangnya percayalah kepada mati yang akan merampas dari kamu semua keindahan dunia dunia dan membuat kamu merasa kepayahan berpisah dari dunia ini. Semakin kuat keterikan kamu kepada dunia, maka semakin pedihlah yang kamu rasakan.
Apakah dunia ini bagimu? Jika seluruh dunia ini dari Timur ke Barat kepunyaanmu dan menyembahmu, namun itu tidaklah lama. Akan semuanya hancur jadi abu bersama dirimu sendiri dan namamu makin lama makin dilupakan, seperti Raja-raja yang dahulu sebelum kamu. Setelah kamu melihat bagaimana kecil dan kerdilnya kamu di dunia ini, maka kenapa kamu bergila-gila benar menjual keindahan dan kebahagiaan yang abadi dan memilih kebahagian yang sementara seperti menjual intan berlian yang mahal untuk mendapatkan kaca yang tidak berharga, dan menjadikan kamu bahan ketawa orang lain?"
(Terjemahan Kitab Kimyatusy- Sya'adah - KIMIA KEBAHAGIAAN - Karya : Imam Al-Ghazal)
Senin, 23 Januari 2012
KIDUNG EYANG KIAN SANTANG
1 buru buru geura anu pundung ratu maung teu teurang ratu anu di tundung di tempat ratu anu mangiperung leungitna ratu anu mangperung susah payah putra anu bingung
2 di tingalkeun ku ikang rama putra nyebarkeun agama Islam sareat wujudna di tempat tadi ramana leungit agama tadina . jadi Islam
3 rama pundung anu di pundungteu terang gusti nu agung lebet ka Islam anu luhung eusi bukti shadat nu nangtung bismillah cahaya anu agung wiwitan bahasana nu agung
4 nu ditundung bade sumping anu psti putra teu eling da rama kaliwat ginding suci bukti rama kuring ginding manusa eling upami putra eling moal pangling
5 datang teh katempat na anu asal tadi anjeuna anykrawati ditempatna rupa tadi lain wujudna tapi yakin ajeuna pasti putra moal telekna
6 nyata diri anu buktina ratu anu pundung tadi saktina heunteu ka ciri ratu manusa anu suci nami seungit ka kiwari anjeuna geus ngaujud deui
7 anu di tundung nyata nyaung bu rek nyait nu binggung upami anjeun teu linglung aing geus mukakeun payung geura asup kana payung aing geus mukakeun payung
8 anu pasti pura binggung margi rama sajati aya di saung padahal rama aya di saung anu te eling bakal linglung anu jadinya pasar kaduhung putra eling pasti ginding
9 rama sajati di saung putra teu eling pasti ka gebuk moal terang nu ngagebuk teu terang kanu silih gebuk di halang ku rama anu di gubuk pasti anjeun moal ka gebuk
10 tanggung jawab anu di gubuk di waktu anu salih gebuk ngan maneh ulah nagranjug rama nu salin raga nyipta warna raga rupa warna tadi teu di bawa
11 papay sungsih sing ka pangih ku aranjeun nu geus mulih saha ti tanah arab nu cuih rasullulloh sing kapangih ulah balik jadi sugih nyusul bukti jadi gigih
12 rosullulloh asal ti mana lain asal ti arabna ngan di utus gustina kedah mekarkeun agama di tanah arab buktina padahal wiwitan mekarna tina sanyawa asal usulna
13 mulih ka jati mulang ka tempat na anjeuna moal jalma anu uninga saupami sanes walina jeung sanas rupa tadina puguh tadi payahna
14 jadi bukti aya tilasna di tanah arab buktina jalma -jalma sok jarahna caritana mungah haji kana urat di mana ayeuna wujud na
2 di tingalkeun ku ikang rama putra nyebarkeun agama Islam sareat wujudna di tempat tadi ramana leungit agama tadina . jadi Islam
3 rama pundung anu di pundungteu terang gusti nu agung lebet ka Islam anu luhung eusi bukti shadat nu nangtung bismillah cahaya anu agung wiwitan bahasana nu agung
4 nu ditundung bade sumping anu psti putra teu eling da rama kaliwat ginding suci bukti rama kuring ginding manusa eling upami putra eling moal pangling
5 datang teh katempat na anu asal tadi anjeuna anykrawati ditempatna rupa tadi lain wujudna tapi yakin ajeuna pasti putra moal telekna
6 nyata diri anu buktina ratu anu pundung tadi saktina heunteu ka ciri ratu manusa anu suci nami seungit ka kiwari anjeuna geus ngaujud deui
7 anu di tundung nyata nyaung bu rek nyait nu binggung upami anjeun teu linglung aing geus mukakeun payung geura asup kana payung aing geus mukakeun payung
8 anu pasti pura binggung margi rama sajati aya di saung padahal rama aya di saung anu te eling bakal linglung anu jadinya pasar kaduhung putra eling pasti ginding
9 rama sajati di saung putra teu eling pasti ka gebuk moal terang nu ngagebuk teu terang kanu silih gebuk di halang ku rama anu di gubuk pasti anjeun moal ka gebuk
10 tanggung jawab anu di gubuk di waktu anu salih gebuk ngan maneh ulah nagranjug rama nu salin raga nyipta warna raga rupa warna tadi teu di bawa
11 papay sungsih sing ka pangih ku aranjeun nu geus mulih saha ti tanah arab nu cuih rasullulloh sing kapangih ulah balik jadi sugih nyusul bukti jadi gigih
12 rosullulloh asal ti mana lain asal ti arabna ngan di utus gustina kedah mekarkeun agama di tanah arab buktina padahal wiwitan mekarna tina sanyawa asal usulna
13 mulih ka jati mulang ka tempat na anjeuna moal jalma anu uninga saupami sanes walina jeung sanas rupa tadina puguh tadi payahna
14 jadi bukti aya tilasna di tanah arab buktina jalma -jalma sok jarahna caritana mungah haji kana urat di mana ayeuna wujud na
Definisi Tauhid Rububiyah
Definisi Tauhid Rububiyah yang sudah dikenal dalam kitab-kitab tauhid dan aqidah tidak terlepas dari definisi-definisi berikut.
Pertama: Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya (ifraadullah bi af’aalihi).Kedua: Tauhid Rububiyah adalah mengakui bahwa Allah Rabb segala sesuatu, pemiliknya, penciptanya, dan pengaturnya.
Ketiga: Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam menciptakan, memberi rizki, mengatur, menghidupkan, mematikan dan mengatur seluruh makhluk.
Keempat: Tauhid Rububiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah semata yang menciptakan alam semesta, yang mengatur, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, dan pemilik kekuatan tak tertandingi.
Dan definisi-definisi lainnya yang hampir mirip satu sama lain. Dari definisi-definisi tersebut di ataslah kaum muslimin meyakini tauhid rububiyah. Dan sedikit literatur yang membahas dan meneliti lebih jauh sejauh mana kebenaran definisi-definisi tersebut dari dalil-dalilnya maupun dari sisi asal bahasa (arab).
Untuk mengetahui definisi tauhid rububiyah harus diketahui definisi atau arti kata “rabb”. Dalam kitab-kitab tafsir[1] dan kamus bahasa arab, kata “rabb”, yang merupakan akar kata “rububiyah”, maknanya kembali kepada makna-makna berikut.
Pertama: as-sayyid al-muthaa’ (pemimpin yang ditaati).
Kedua: al-mushlih lisy syai’ (yang memperbaiki sesuatu).
Ketiga: al-maalik lisy syai’ (pemilik sesuatu)
Keempat: al-mutasharrif al-mudabbir (pengatur)
Kelima: al-murabbi (pentarbiyah/pendidik)
Dari makna-makna di atas, apabila dibandingkan dengan definisi-definisi tauhid rububiyah di atas, dapat dipahami bahwa definisi-definisi tersebut tidak tepat, karena tidak sesuai dengan makna bahasanya. Terlebih lagi apabila kita bandingkan dengan ayat-ayat Al-Qur'an berikut.
Allah Ta'ala berfirman,
أَمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ
“Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” (QS. An-Naml [27]: 60)
Dalam ayat di atas Allah Ta'ala menyebutkan perbuatan-perbuatan Allah: menciptakan langit dan bumi, menurunkan air dari langit dan menumbuhkan kebun-kebun yang berpemandangan indah. Namun di akhir ayat Allah Ta'ala tidak menggunakan kata “rabb”, tetapi justru kata “ilah”. Ini sekaligus bantahan untuk definisi-definisi tauhid rububiyah di atas, terutama definisi pertama yang merupakan definisi paling bagus dari definisi-definisi lainnya.
Definisi pertama mengatakan: tauhid rububiyah adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Tetapi ternyata ketika Allah Ta'ala menyebutkan perbuatan-perbuatan-Nya, Dia tidak menggunakan kata “rabb” yang menurut definisi tersebut seharusnya di akhir ayat menggunakan kata “rabb”. Namun di sini Allah Ta'ala malah menggunkan kata “ilah”. Jadi, perbuatan-perbuatan Allah masuk dalam cakupan makna tauhid uluhiyah, bukan tauhid rububiyah.
Kesimpulan tersebut bukan kesimpulan prematur yang ditarik hanya dari satu ayat di atas, tetapi juga dapat kita simpulkan dari ayat-ayat berikut.
Allah Ta'ala berfirman,
أَمْ مَنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (61) أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (62) أَمْ مَنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (63) أَمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (64)
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. An-Naml [27]: 61-64)
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?".” (QS. Al-An’aam [6]: 46)
Allah Ta'ala berfirman,
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain.” (QS. Al-Mukminuun [23]: 91)
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلَا تَسْمَعُونَ (71) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (72) وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (73)
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?" Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash [28]: 71-73)
Oleh: Mus`ab Abdul Ghaffar
Pertama: Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya (ifraadullah bi af’aalihi).Kedua: Tauhid Rububiyah adalah mengakui bahwa Allah Rabb segala sesuatu, pemiliknya, penciptanya, dan pengaturnya.
Ketiga: Tauhid Rububiyah adalah mentauhidkan Allah dalam menciptakan, memberi rizki, mengatur, menghidupkan, mematikan dan mengatur seluruh makhluk.
Keempat: Tauhid Rububiyah adalah mengakui bahwa hanya Allah semata yang menciptakan alam semesta, yang mengatur, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, dan pemilik kekuatan tak tertandingi.
Dan definisi-definisi lainnya yang hampir mirip satu sama lain. Dari definisi-definisi tersebut di ataslah kaum muslimin meyakini tauhid rububiyah. Dan sedikit literatur yang membahas dan meneliti lebih jauh sejauh mana kebenaran definisi-definisi tersebut dari dalil-dalilnya maupun dari sisi asal bahasa (arab).
Untuk mengetahui definisi tauhid rububiyah harus diketahui definisi atau arti kata “rabb”. Dalam kitab-kitab tafsir[1] dan kamus bahasa arab, kata “rabb”, yang merupakan akar kata “rububiyah”, maknanya kembali kepada makna-makna berikut.
Pertama: as-sayyid al-muthaa’ (pemimpin yang ditaati).
Kedua: al-mushlih lisy syai’ (yang memperbaiki sesuatu).
Ketiga: al-maalik lisy syai’ (pemilik sesuatu)
Keempat: al-mutasharrif al-mudabbir (pengatur)
Kelima: al-murabbi (pentarbiyah/pendidik)
Dari makna-makna di atas, apabila dibandingkan dengan definisi-definisi tauhid rububiyah di atas, dapat dipahami bahwa definisi-definisi tersebut tidak tepat, karena tidak sesuai dengan makna bahasanya. Terlebih lagi apabila kita bandingkan dengan ayat-ayat Al-Qur'an berikut.
Allah Ta'ala berfirman,
أَمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ لَكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَا كَانَ لَكُمْ أَنْ تُنْبِتُوا شَجَرَهَا أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ
“Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” (QS. An-Naml [27]: 60)
Dalam ayat di atas Allah Ta'ala menyebutkan perbuatan-perbuatan Allah: menciptakan langit dan bumi, menurunkan air dari langit dan menumbuhkan kebun-kebun yang berpemandangan indah. Namun di akhir ayat Allah Ta'ala tidak menggunakan kata “rabb”, tetapi justru kata “ilah”. Ini sekaligus bantahan untuk definisi-definisi tauhid rububiyah di atas, terutama definisi pertama yang merupakan definisi paling bagus dari definisi-definisi lainnya.
Definisi pertama mengatakan: tauhid rububiyah adalah mentauhidkan (mengesakan) Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya. Tetapi ternyata ketika Allah Ta'ala menyebutkan perbuatan-perbuatan-Nya, Dia tidak menggunakan kata “rabb” yang menurut definisi tersebut seharusnya di akhir ayat menggunakan kata “rabb”. Namun di sini Allah Ta'ala malah menggunkan kata “ilah”. Jadi, perbuatan-perbuatan Allah masuk dalam cakupan makna tauhid uluhiyah, bukan tauhid rububiyah.
Kesimpulan tersebut bukan kesimpulan prematur yang ditarik hanya dari satu ayat di atas, tetapi juga dapat kita simpulkan dari ayat-ayat berikut.
Allah Ta'ala berfirman,
أَمْ مَنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (61) أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ (62) أَمْ مَنْ يَهْدِيكُمْ فِي ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَنْ يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى اللَّهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ (63) أَمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَمَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَإلَهٌ مَعَ اللَّهِ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (64)
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya). Atau siapakah yang menciptakan (manusia dari permulaannya), kemudian mengulanginya (lagi), dan siapa (pula) yang memberikan rezki kepadamu dari langit dan bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)?. Katakanlah: "Unjukkanlah bukti kebenaranmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS. An-Naml [27]: 61-64)
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللَّهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصَارَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوبِكُمْ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِهِ
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?".” (QS. Al-An’aam [6]: 46)
Allah Ta'ala berfirman,
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain.” (QS. Al-Mukminuun [23]: 91)
Allah Ta'ala berfirman,
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِضِيَاءٍ أَفَلَا تَسْمَعُونَ (71) قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ النَّهَارَ سَرْمَدًا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ إِلَهٌ غَيْرُ اللَّهِ يَأْتِيكُمْ بِلَيْلٍ تَسْكُنُونَ فِيهِ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (72) وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (73)
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?" Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash [28]: 71-73)
Oleh: Mus`ab Abdul Ghaffar
Raja-raja Kerajaan Sunda dari Salaka Nagara s/d Sumedang Larang
Di bawah ini deretan raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Sunda menurut naskah Pangéran Wangsakerta (waktu berkuasa dalam tahun Masehi):
Periode Salaka Nagara dan Taruma Nagara (Dewawarman - Linggawarman, 150 - 669).
0. Dewawarman I - VIII, 150 - 362
1. Jayasingawarman, 358-382
2. Dharmayawarman, 382-395
3. Purnawarman, 395-434
4. Wisnuwarman, 434-455
5. Indrawarman, 455-515
6. Candrawarman, 515-535
7. Suryawarman, 535-561
8. Kertawarman, 561-628
9. Sudhawarman, 628-639
10. Hariwangsawarman, 639-640
11. Nagajayawarman, 640-666
12. Linggawarman, 666-669
Periode Kerajaan Galuh - Pakuan - Pajajaran - Sumedang Larang
1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
4. Rakeyan Banga (739 - 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
15. Munding Ganawirya (964 - 973)
16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
17. Brajawisésa (989 - 1012)
18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
32. Prabu Bunisora (1357-1371)
33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
35. Prabu Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
38. Prabu Sakti (1543-1551)
39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
41. Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M)
Sumber:
- Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.
Periode Salaka Nagara dan Taruma Nagara (Dewawarman - Linggawarman, 150 - 669).
0. Dewawarman I - VIII, 150 - 362
1. Jayasingawarman, 358-382
2. Dharmayawarman, 382-395
3. Purnawarman, 395-434
4. Wisnuwarman, 434-455
5. Indrawarman, 455-515
6. Candrawarman, 515-535
7. Suryawarman, 535-561
8. Kertawarman, 561-628
9. Sudhawarman, 628-639
10. Hariwangsawarman, 639-640
11. Nagajayawarman, 640-666
12. Linggawarman, 666-669
Periode Kerajaan Galuh - Pakuan - Pajajaran - Sumedang Larang
1. Tarusbawa (menantu Linggawarman, 669 - 723)
2. Harisdarma, atawa Sanjaya (menantu Tarusbawa, 723 - 732)
3. Tamperan Barmawijaya (732 - 739)
4. Rakeyan Banga (739 - 766)
5. Rakeyan Medang Prabu Hulukujang (766 - 783)
6. Prabu Gilingwesi (menantu Rakeyan Medang Prabu Hulukujang, 783 - 795)
7. Pucukbumi Darmeswara (menantu Prabu Gilingwesi, 795 - 819)
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819 - 891)
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar Rakeyan Wuwus, 891 - 895)
10. Windusakti Prabu Déwageng (895 - 913)
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucukwesi (913 - 916)
12. Rakeyan Jayagiri (menantu Rakeyan Kamuning Gading, 916 - 942)
13. Atmayadarma Hariwangsa (942 - 954)
14. Limbur Kancana (putera Rakeyan Kamuning Gading, 954 - 964)
15. Munding Ganawirya (964 - 973)
16. Rakeyan Wulung Gadung (973 - 989)
17. Brajawisésa (989 - 1012)
18. Déwa Sanghyang (1012 - 1019)
19. Sanghyang Ageng (1019 - 1030)
20. Sri Jayabupati (Detya Maharaja, 1030 - 1042)
21. Darmaraja (Sang Mokténg Winduraja, 1042 - 1065)
22. Langlangbumi (Sang Mokténg Kerta, 1065 - 1155)
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Ménakluhur (1155 - 1157)
24. Darmakusuma (Sang Mokténg Winduraja, 1157 - 1175)
25. Darmasiksa Prabu Sanghyang Wisnu (1175 - 1297)
26. Ragasuci (Sang Mokténg Taman, 1297 - 1303)
27. Citraganda (Sang Mokténg Tanjung, 1303 - 1311)
28. Prabu Linggadéwata (1311-1333)
29. Prabu Ajiguna Linggawisésa (1333-1340)
30. Prabu Ragamulya Luhurprabawa (1340-1350)
31. Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (yang gugur dalam Perang Bubat, 1350-1357)
32. Prabu Bunisora (1357-1371)
33. Prabu Niskalawastukancana (1371-1475)
34. Prabu Susuktunggal (1475-1482)
35. Prabu Jayadéwata (Sri Baduga Maharaja, 1482-1521)
36. Prabu Surawisésa (1521-1535)
37. Prabu Déwatabuanawisésa (1535-1543)
38. Prabu Sakti (1543-1551)
39. Prabu Nilakéndra (1551-1567)
40. Prabu Ragamulya atau Prabu Suryakancana (1567-1579)
41. Prabu Geusan Ulun (1580-1608 M)
Sumber:
- Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.
Tatkala HATI Bicara
Bismillahirrohmaanirrohiim
Banyak ahli muslim terutama yang memperhatikan masalah akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia merupakan kunci pokok pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati, sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya.
"Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali "Hati" hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang (HR Abu Dawud ).
Hanya melalui "hati manusialah" keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.
Al Qur'an menggunakan istilah qalb (hati) 132 kali, makna dasar kata itu ialah membalik, kembali, pergi maju-mundur, berubah, naik-turun.
Diambil dari latar belakangnya hati mempunyai sifat yang selalu berubah, sebab hati adalah fokus dari kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan.
Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kehadiran-Nya terasa di dalam hati, dan wahyu maupun ilham diturunkan kedalam hati para Nabi maupun wali-Nya.
"Ketahuilah bahwa Tuhan membuat batasan antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya lah kamu sekalian akan dikumpulkan" (QS 8:24)
"(Jibril) menurunkan wahyu ke dalam hati nuranimu dengan izin Tuhan, membenarkan wahyu sebelumnya, menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman" (QS 2:97)
Hati adalah pusat pandangan , pemahaman , dan ingatan ( dzikir )
"Apakah mereka tidak pernah bepergian di muka bumi ini supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu, atau mengiang di telinganya untuk didengarkan ? sebenarnya yang buta bukan mata , melainkan " hati" yang ada di dalam dada." (QS 22:46)
"Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, memahaminya, dan sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya." (QS 18:57 )
"Apakah mereka tidak merenungkan isi Al Qur'an? atau adakah hati mereka yang terkunci?" (QS 47:24)
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS 18:28)
Iman tumbuh dan bersemayam di dalam hati, begitu juga kekafiran, kemungkaran serta penyelewengan dari jalan yang lurus. Oleh sebab itu, Allah tetap menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak bisa hanya sekedar syarat sah rukun syariat saja, akan tetapi harus sampai kepada pusat iman yaitu "hati".
Mungkin kita hampir lupa bahwa peribadatan selalu menuntut pemurnian hati (keikhlasan), sehingga akan menghasilkan sesuatu yang haq serta dampak iman secara langsung.
Iman yang pernah diikrarkan oleh kaum Arab Badwi dihadapan Rasulullah bukan kategori iman yang sebenarnya, sehingga seketika itu Allah menurunkan wahyu untuk memperingatkan kepada mereka (Arab Badwi) :
"Orang-orang Badwi itu berkata : "kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka) "Kamu belum beriman", tetapi katakanlah "kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk kedalam hatimu" (QS 49:14) .
Iman yang benar mempunyai ciri tersendiri dan diakui oleh Al Qur'an. Ia tertegun dan terharu tatkala nama Allah disebut ... dan bahkan ia terdorong ingin meluapkan kegembiraan dan kerinduannya dengan menjerit seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan bertambahlah imannya. Ia begitu kokoh dan mantap dalam setiap langkahnya karena keIhsanan bersama dengan Allah yang selalu menjaga.
Ia akan selalu berbisik ke dalam lubuk hatinya tatkala menghadapi persoalan dan kesulitan di dunia, karena disitulah Allah meletakkan ilham sebagai pegangan untuk menentukan sikap. Sehingga kaum beriman akan selalu terjaga dalam hidayah dan bimbingan Allah Swt.
Firman Allah Swt :
"Suatu musibah tidak akan menimpa seseorang kecuali atas izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, tentu Dia akan menunjuki "hatinya". Dan Tuhan Maha Mengetahui segala-galanya" (QS 64:11)
"Keimanan telah ditetapkan Allah ke dalam "hatinya" serta dikokohkan pula Ruh dari diri-Nya" (QS 58:22)
"Dan Kami tunjang pula mereka dengan petunjuk, dan Kami teguhkan hati mereka" (QS 18:13-14)
"Dialah yang telah menurunkan ketentraman di dalam hati orang-orang yang beriman supaya bertambah keimanannya disamping keimanan yang telah ada" (QS 48:4)
Syetan menggantikan kedudukan Allah bersemayam di istana hati manusia yang lalai. Allah akan memalingkan dan menghinakan orang yang lalai akan Allah. Allah akan mengunci dan mematikan hati sehingga ia diberi gelar "binatang ternak!!!" Bahkan lebih sesat dari itu. Kalau sampai terjadi seperti ini maka tertutuplah hati untuk menerima cahaya dari Allah Swt. Maka tidak heran jika perbuatannya akan cenderung mengikuti langkah-langkah syetan yang dilarang oleh Allah, syetan
menggantikan posisi Allah menduduki hati yang tertutup dan dialah yang akan menasehati dan membimbing ke jalan yang sesat. Kekejian itu akan menyeruak ke dalam kalbu melalui hembusan ilham sehingga akal fikiran tidak mampu menghalau datangnya petunjuk tersebut. Marah dan benci tidak pernah direncanakan, akan tetapi ia datang langsung ke pusat hati, dan tubuh tanpa daya mengikuti kemauan sihir sang iblis.
Hati menjadi buta.......!!!
Allah berfirman :
"Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertai" (QS 43:36)
"Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya niscaya tidak seorangpun dari kamu sekalian bersih ( dari perbuatan keji dan mungkar ) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS 24:21)
Iman dan kafir terletak di dalam hati, Allah telah membeberkan berikut contoh-contohnya antara orang yang dibukakan hatinya dan yang ditutup hatinya, serta perilaku keduanya. Maka keputusannya terletak kepada kebebasan manusia itu sendiri untuk memilih jalan yang sesat
ataupun yang lurus. Karena disitu akan mendapatkan bimbingan langsung baik jalan kesesatan maupun jalan ketaqwaan.
Firman Allah :
"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya" (QS 91:7-10)
Ayat di atas memberikan pengertian atas pentingnya membersihkan jiwa, sehingga apabila hal ini terjadi, maka Allah-lah yang akan membimbing ketaqwaan, keimanan, serta ketulusan. Namun sebaliknya Allah akan menistakan manusia yang melalaikan akan Allah serta mengotori hatinya dengan mengirim musuh Allah sebagai penasehat dan menuntunnya ke jalan kesesatan.
Kemudian apa langkah selanjutnya, serta bagaimana terapi untuk mengembalikan hati yang sudah terlanjur karam dilumpur nista ?
Pertama, kita sudah memahami bahwa penyebab utama dari ketidakmampuan berbuat baik dan kesulitan menjaga dari perbuatan keji dan mungkar serta tidak didengarnya setiap doa, adalah tertutupnya mata hati dari NUR ILAHI ".
Kedua, konsentrasikan masalah mengurus hati dulu, jangan mempersoalkan hal yang lain, karena "hati" sedang menderita sakit kronis. Kita harus perhatikan dengan sungguh-sungguh, dan pemasrahkan diri kepada Sang Pembuka Hati ... Dialah yang menutup hati kita, membutakan, mentulikan, dan mengunci mati dan tidak memberikan kefahaman atas ayat-ayat Allah yang turun ke dalam hati.
Mari kita perhatikan kedalam, kita jenguk hati kita yang sedang berbaring tak berdaya, disitu terlihat syetan dengan leluasa memberikan wejangan dan petunjuk bagaimana berbuat keji dan mungkar.
Ia menuntun pikiran untuk menerawang ke angkasa, mengajaknya mi'raj keangan-angan panjang dan melupakannya ketika badan sedang shalat, sedang berwudhu' dan membaca Al Qur'an dan ibadah yang lain. Kita sudah beberapa kali mencoba menepis ajakan itu namun apa daya kekuatan iblis memang luar biasa, kita bukan tandingannya untuk melawan dan mengusirnya. Ia ghaib dan licik ... ia berjalan melalui aliran darah manusia, ia bisa menembus tembok ruang dan waktu, ia ada
dalam fikiran dan bahkan bersemayam di dalam hati manusia. Cukup sudah usaha kita untuk melawannya, namun gagal dan gagal lagi.... ...
Namun ada yang yang tidak "MATI", yaitu diri sejati yang selalu melihat keadaan hati kita yang sakit. Ialah "Bashirah" (QS 75:14),
ia tidak pernah bersekongkol dengan syetan, ia yang mengetahui kebohongan hati, kejahatan, dan ia selalu mengikuti fitrah Allah, ia jujur, tawadhu', khusyu', kasih sayang dan adil ( lihat tafsir sofwatut tafasir, oleh prof. Ali Assobuni).
Kita harus cepat mendengarkan suara Dia yang selalu mengajak ke arah kebajikan, Ia sangat dekat dengan Allah, Ia sangat patuh, Ia penuh iman, Ia berbicara menurut kata Allah (ilham), dan kedudukannya sangat tinggi di atas syetan dan jin sehingga mereka tidak bisa menembus untuk menggodanya (QS 37:8).
Anda bisa merasakannya sekarang ... tatkala anda berbohong, Ia berkata lirih ... kenapa kamu berbohong ... Ia tidak tidur tatkala kita tidur ... Ia melihat tatkala kita bermimpi dikejar anjing ... Ia melihat ketika jin menggoda dan syetan menyesatkan, namun hati tidak kuasa mengikuti kata bashirah yang oleh Allah digelari "RUH-KU".
Maka beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotorinya (QS 91:9-10)
Kita kembali kepada persoalan hati ,
Mari kita perbaiki hati kita dengan cara mendatangi Allah, kita serahkan persoalan ini ... kerumitan hati yang selalu ragu-ragu ... ketidakmampuan menahan syahwat yang bergolak keras ...
Mari kita contoh Nabi Yusuf ketika gejolak nafsu sudah menguasai hatinya, Ia tidak kuasa lagi menahan syahwatnya tatkala Julaiha datang menghampiri untuk mengajaknya berbuat mesum ... Ia cepat berpaling dan menghampiri Allah dan mengadukan keadaan syahwatnya yang terus menerus mengajak kepada keburukan. Kemudian Allah mendatangkan rahmat-Nya dan memalingkan hatinya, mengangkat kekejian di dalam hatinya, dan akhirnya Nabi Yusuf terbebas dari perbuatan
yang dilaknat Allah Swt.
Allah sendiri yang akan memalingkan hati dari perbuatan keji dan mungkar sehingga terasa sekali sentuhan Ilahi tatkala mengangkat kotoran hati dengan cara menggantikannya dengan perbuatan baik dan ikhlas.
Allah berfirman :
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (ikhlash)" (QS 12:24)
Mungkin kita masih ragu-ragu ... apa mungkin kita bisa mendapatkan burhan dan bimbingan Allah dalam menghindari perbuatan keji dan mungkar? Mari kita hindari prasangka yang buruk terhadap Allah, kita timbulkan rasa percaya bahwa hanya Allah-lah yang mampu memberikan hidayah dan bimbingan serta mencabut persoalan yang kita hadapi.
Ketika Allah membuka Hidayah ke dalam "Hati". Hilangkan rasa takut tersesat didalam menempuh jalan ruhani ... bekal kita adalah tauhid, lambungkan jiwa melayang menuju Allah ... dekatkan dan berbisiklah dengan kemurnian hati ... jangan menghadap dengan konsentrasi pikiran, sebab anda akan mengalami pusing dan tegang. Usahakanlah tubuh anda rileks dan pasrah ... biarkan hati bergerak menyebut Asma-Nya yang Maha Agung ... Ajaklah perasaan dan fikiran untuk hadir
bersujud dihadapan-Nya.
Jangan hiraukan kebisingan di luar ... usahakan hati tetap teguh menyebut nama Allah berulang-ulang ... sampai datang ketenangan dan hening serta rasa dingin didalam kalbu ... kalau anda mengalami pusing dan penat ... berarti cara berdzikirnya menggunakan kosentrasi didalam fikiran, maka ulangi dengan cara berkomunikasi didalam jiwa / hati ...
Mohonlah kepada Allah agar dibukakan hati dan dimudahkan menempuh jalan menuju makrifat
Biasanya ... kalau kita mendapatkan ketenangan dan kekhusyu'an didalam berkomunikasi dengan Allah ... mula-mula hati menjadi sangat terang ... mudah sekali menangis terharu tatkala kita menyebut Asma-Nya ... kita tidak kuasa membendung air mata ketika shalat ...
membaca Al Qur'an dan melihat keagungan Allah yang lain ... hati sering bergetar manakala kita berhadapan dengan-Nya ... badan turut berguncang dan berat dirasa seakan ada yang mendorong untuk bersujud dan menangis ... keihsanan dan tauhid kepada Allah bertambah kuat.
Keyakinan bertambah lekat, serta perubahan demi perubahan didalam kalbu semakin terlihat. Perilaku kita akan dibimbing ... perilaku hati yang semula kaku dan cenderung kasar berubah dengan sendirinya ..menjadi lembut ... Yang semula shalat fikiran turut melayang-layang berubah dengan kekhusyu'an dan terasa nikmatnya ... dan seterusnya ..
Banyak ahli muslim terutama yang memperhatikan masalah akhlak kepada Allah, mengemukakan bahwa hati manusia merupakan kunci pokok pembahasan menuju pengetahuan tentang Tuhan. Hati, sebagai pintu dan sarana Tuhan memperkenalkan kesempurnaan diri-Nya.
"Tidak dapat memuat dzat-Ku bumi dan langit-Ku, kecuali "Hati" hamba-Ku yang mukmin, lunak dan tenang (HR Abu Dawud ).
Hanya melalui "hati manusialah" keseimbangan sejati antara Tuhan dan kosmos bisa dicapai.
Al Qur'an menggunakan istilah qalb (hati) 132 kali, makna dasar kata itu ialah membalik, kembali, pergi maju-mundur, berubah, naik-turun.
Diambil dari latar belakangnya hati mempunyai sifat yang selalu berubah, sebab hati adalah fokus dari kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan.
Hati adalah tempat dimana Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kehadiran-Nya terasa di dalam hati, dan wahyu maupun ilham diturunkan kedalam hati para Nabi maupun wali-Nya.
"Ketahuilah bahwa Tuhan membuat batasan antara manusia dan hatinya, dan bahwa kepada-Nya lah kamu sekalian akan dikumpulkan" (QS 8:24)
"(Jibril) menurunkan wahyu ke dalam hati nuranimu dengan izin Tuhan, membenarkan wahyu sebelumnya, menjadi petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang beriman" (QS 2:97)
Hati adalah pusat pandangan , pemahaman , dan ingatan ( dzikir )
"Apakah mereka tidak pernah bepergian di muka bumi ini supaya hatinya tersentak memikirkan kemusnahan itu, atau mengiang di telinganya untuk didengarkan ? sebenarnya yang buta bukan mata , melainkan " hati" yang ada di dalam dada." (QS 22:46)
"Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, memahaminya, dan sumbatan di telinga mereka; dan kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya." (QS 18:57 )
"Apakah mereka tidak merenungkan isi Al Qur'an? atau adakah hati mereka yang terkunci?" (QS 47:24)
"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS 18:28)
Iman tumbuh dan bersemayam di dalam hati, begitu juga kekafiran, kemungkaran serta penyelewengan dari jalan yang lurus. Oleh sebab itu, Allah tetap menegaskan bahwa perilaku seseorang tidak bisa hanya sekedar syarat sah rukun syariat saja, akan tetapi harus sampai kepada pusat iman yaitu "hati".
Mungkin kita hampir lupa bahwa peribadatan selalu menuntut pemurnian hati (keikhlasan), sehingga akan menghasilkan sesuatu yang haq serta dampak iman secara langsung.
Iman yang pernah diikrarkan oleh kaum Arab Badwi dihadapan Rasulullah bukan kategori iman yang sebenarnya, sehingga seketika itu Allah menurunkan wahyu untuk memperingatkan kepada mereka (Arab Badwi) :
"Orang-orang Badwi itu berkata : "kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka) "Kamu belum beriman", tetapi katakanlah "kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk kedalam hatimu" (QS 49:14) .
Iman yang benar mempunyai ciri tersendiri dan diakui oleh Al Qur'an. Ia tertegun dan terharu tatkala nama Allah disebut ... dan bahkan ia terdorong ingin meluapkan kegembiraan dan kerinduannya dengan menjerit seraya bersujud dan menangis. Bergetar hatinya dan bertambahlah imannya. Ia begitu kokoh dan mantap dalam setiap langkahnya karena keIhsanan bersama dengan Allah yang selalu menjaga.
Ia akan selalu berbisik ke dalam lubuk hatinya tatkala menghadapi persoalan dan kesulitan di dunia, karena disitulah Allah meletakkan ilham sebagai pegangan untuk menentukan sikap. Sehingga kaum beriman akan selalu terjaga dalam hidayah dan bimbingan Allah Swt.
Firman Allah Swt :
"Suatu musibah tidak akan menimpa seseorang kecuali atas izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, tentu Dia akan menunjuki "hatinya". Dan Tuhan Maha Mengetahui segala-galanya" (QS 64:11)
"Keimanan telah ditetapkan Allah ke dalam "hatinya" serta dikokohkan pula Ruh dari diri-Nya" (QS 58:22)
"Dan Kami tunjang pula mereka dengan petunjuk, dan Kami teguhkan hati mereka" (QS 18:13-14)
"Dialah yang telah menurunkan ketentraman di dalam hati orang-orang yang beriman supaya bertambah keimanannya disamping keimanan yang telah ada" (QS 48:4)
Syetan menggantikan kedudukan Allah bersemayam di istana hati manusia yang lalai. Allah akan memalingkan dan menghinakan orang yang lalai akan Allah. Allah akan mengunci dan mematikan hati sehingga ia diberi gelar "binatang ternak!!!" Bahkan lebih sesat dari itu. Kalau sampai terjadi seperti ini maka tertutuplah hati untuk menerima cahaya dari Allah Swt. Maka tidak heran jika perbuatannya akan cenderung mengikuti langkah-langkah syetan yang dilarang oleh Allah, syetan
menggantikan posisi Allah menduduki hati yang tertutup dan dialah yang akan menasehati dan membimbing ke jalan yang sesat. Kekejian itu akan menyeruak ke dalam kalbu melalui hembusan ilham sehingga akal fikiran tidak mampu menghalau datangnya petunjuk tersebut. Marah dan benci tidak pernah direncanakan, akan tetapi ia datang langsung ke pusat hati, dan tubuh tanpa daya mengikuti kemauan sihir sang iblis.
Hati menjadi buta.......!!!
Allah berfirman :
"Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pemurah, Kami adakan baginya syetan (yang menyesatkan) maka syetan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertai" (QS 43:36)
"Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya niscaya tidak seorangpun dari kamu sekalian bersih ( dari perbuatan keji dan mungkar ) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (QS 24:21)
Iman dan kafir terletak di dalam hati, Allah telah membeberkan berikut contoh-contohnya antara orang yang dibukakan hatinya dan yang ditutup hatinya, serta perilaku keduanya. Maka keputusannya terletak kepada kebebasan manusia itu sendiri untuk memilih jalan yang sesat
ataupun yang lurus. Karena disitu akan mendapatkan bimbingan langsung baik jalan kesesatan maupun jalan ketaqwaan.
Firman Allah :
"Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan merugilah orang yang mengotorinya" (QS 91:7-10)
Ayat di atas memberikan pengertian atas pentingnya membersihkan jiwa, sehingga apabila hal ini terjadi, maka Allah-lah yang akan membimbing ketaqwaan, keimanan, serta ketulusan. Namun sebaliknya Allah akan menistakan manusia yang melalaikan akan Allah serta mengotori hatinya dengan mengirim musuh Allah sebagai penasehat dan menuntunnya ke jalan kesesatan.
Kemudian apa langkah selanjutnya, serta bagaimana terapi untuk mengembalikan hati yang sudah terlanjur karam dilumpur nista ?
Pertama, kita sudah memahami bahwa penyebab utama dari ketidakmampuan berbuat baik dan kesulitan menjaga dari perbuatan keji dan mungkar serta tidak didengarnya setiap doa, adalah tertutupnya mata hati dari NUR ILAHI ".
Kedua, konsentrasikan masalah mengurus hati dulu, jangan mempersoalkan hal yang lain, karena "hati" sedang menderita sakit kronis. Kita harus perhatikan dengan sungguh-sungguh, dan pemasrahkan diri kepada Sang Pembuka Hati ... Dialah yang menutup hati kita, membutakan, mentulikan, dan mengunci mati dan tidak memberikan kefahaman atas ayat-ayat Allah yang turun ke dalam hati.
Mari kita perhatikan kedalam, kita jenguk hati kita yang sedang berbaring tak berdaya, disitu terlihat syetan dengan leluasa memberikan wejangan dan petunjuk bagaimana berbuat keji dan mungkar.
Ia menuntun pikiran untuk menerawang ke angkasa, mengajaknya mi'raj keangan-angan panjang dan melupakannya ketika badan sedang shalat, sedang berwudhu' dan membaca Al Qur'an dan ibadah yang lain. Kita sudah beberapa kali mencoba menepis ajakan itu namun apa daya kekuatan iblis memang luar biasa, kita bukan tandingannya untuk melawan dan mengusirnya. Ia ghaib dan licik ... ia berjalan melalui aliran darah manusia, ia bisa menembus tembok ruang dan waktu, ia ada
dalam fikiran dan bahkan bersemayam di dalam hati manusia. Cukup sudah usaha kita untuk melawannya, namun gagal dan gagal lagi.... ...
Namun ada yang yang tidak "MATI", yaitu diri sejati yang selalu melihat keadaan hati kita yang sakit. Ialah "Bashirah" (QS 75:14),
ia tidak pernah bersekongkol dengan syetan, ia yang mengetahui kebohongan hati, kejahatan, dan ia selalu mengikuti fitrah Allah, ia jujur, tawadhu', khusyu', kasih sayang dan adil ( lihat tafsir sofwatut tafasir, oleh prof. Ali Assobuni).
Kita harus cepat mendengarkan suara Dia yang selalu mengajak ke arah kebajikan, Ia sangat dekat dengan Allah, Ia sangat patuh, Ia penuh iman, Ia berbicara menurut kata Allah (ilham), dan kedudukannya sangat tinggi di atas syetan dan jin sehingga mereka tidak bisa menembus untuk menggodanya (QS 37:8).
Anda bisa merasakannya sekarang ... tatkala anda berbohong, Ia berkata lirih ... kenapa kamu berbohong ... Ia tidak tidur tatkala kita tidur ... Ia melihat tatkala kita bermimpi dikejar anjing ... Ia melihat ketika jin menggoda dan syetan menyesatkan, namun hati tidak kuasa mengikuti kata bashirah yang oleh Allah digelari "RUH-KU".
Maka beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang yang mengotorinya (QS 91:9-10)
Kita kembali kepada persoalan hati ,
Mari kita perbaiki hati kita dengan cara mendatangi Allah, kita serahkan persoalan ini ... kerumitan hati yang selalu ragu-ragu ... ketidakmampuan menahan syahwat yang bergolak keras ...
Mari kita contoh Nabi Yusuf ketika gejolak nafsu sudah menguasai hatinya, Ia tidak kuasa lagi menahan syahwatnya tatkala Julaiha datang menghampiri untuk mengajaknya berbuat mesum ... Ia cepat berpaling dan menghampiri Allah dan mengadukan keadaan syahwatnya yang terus menerus mengajak kepada keburukan. Kemudian Allah mendatangkan rahmat-Nya dan memalingkan hatinya, mengangkat kekejian di dalam hatinya, dan akhirnya Nabi Yusuf terbebas dari perbuatan
yang dilaknat Allah Swt.
Allah sendiri yang akan memalingkan hati dari perbuatan keji dan mungkar sehingga terasa sekali sentuhan Ilahi tatkala mengangkat kotoran hati dengan cara menggantikannya dengan perbuatan baik dan ikhlas.
Allah berfirman :
"Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf-pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu, andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih (ikhlash)" (QS 12:24)
Mungkin kita masih ragu-ragu ... apa mungkin kita bisa mendapatkan burhan dan bimbingan Allah dalam menghindari perbuatan keji dan mungkar? Mari kita hindari prasangka yang buruk terhadap Allah, kita timbulkan rasa percaya bahwa hanya Allah-lah yang mampu memberikan hidayah dan bimbingan serta mencabut persoalan yang kita hadapi.
Ketika Allah membuka Hidayah ke dalam "Hati". Hilangkan rasa takut tersesat didalam menempuh jalan ruhani ... bekal kita adalah tauhid, lambungkan jiwa melayang menuju Allah ... dekatkan dan berbisiklah dengan kemurnian hati ... jangan menghadap dengan konsentrasi pikiran, sebab anda akan mengalami pusing dan tegang. Usahakanlah tubuh anda rileks dan pasrah ... biarkan hati bergerak menyebut Asma-Nya yang Maha Agung ... Ajaklah perasaan dan fikiran untuk hadir
bersujud dihadapan-Nya.
Jangan hiraukan kebisingan di luar ... usahakan hati tetap teguh menyebut nama Allah berulang-ulang ... sampai datang ketenangan dan hening serta rasa dingin didalam kalbu ... kalau anda mengalami pusing dan penat ... berarti cara berdzikirnya menggunakan kosentrasi didalam fikiran, maka ulangi dengan cara berkomunikasi didalam jiwa / hati ...
Mohonlah kepada Allah agar dibukakan hati dan dimudahkan menempuh jalan menuju makrifat
Biasanya ... kalau kita mendapatkan ketenangan dan kekhusyu'an didalam berkomunikasi dengan Allah ... mula-mula hati menjadi sangat terang ... mudah sekali menangis terharu tatkala kita menyebut Asma-Nya ... kita tidak kuasa membendung air mata ketika shalat ...
membaca Al Qur'an dan melihat keagungan Allah yang lain ... hati sering bergetar manakala kita berhadapan dengan-Nya ... badan turut berguncang dan berat dirasa seakan ada yang mendorong untuk bersujud dan menangis ... keihsanan dan tauhid kepada Allah bertambah kuat.
Keyakinan bertambah lekat, serta perubahan demi perubahan didalam kalbu semakin terlihat. Perilaku kita akan dibimbing ... perilaku hati yang semula kaku dan cenderung kasar berubah dengan sendirinya ..menjadi lembut ... Yang semula shalat fikiran turut melayang-layang berubah dengan kekhusyu'an dan terasa nikmatnya ... dan seterusnya ..
Langganan:
Postingan (Atom)